Minggu, 15 Juni 2014

dan aku memang menyedihkan.

kamu bukan sedih,tapi menyedihkan.
mungkin benar tulisanmu itu,dan sebenarnya hidupku memang menyedihkan.
kusadari 3 tahun yg kulalui denganmu tak berjalan mulus,bahkan aku memang banyak tingkah.
dan mungkin inilah teguran yang sebenarnya,dan aku tak ingin lagi bertopeng dengan sikapku yang selalu menyakitimu.
jika kamu bertanya kemanakah 3 tahun yang lalu saat aku masih bersamamu,aku tak akan membantah jika ku hanya berkutat pa ego ku dan mellukaimu.
dan masih ku ingat perkataan almarhum temanku bahwa aku adalah seorang pembohong yg ulung,sampai diri sendiri juga aku bohongi.
tapi jika kau bertanya mengapa sekarang aku seperti ini,aku hanya ingin kau tahu,akan ku usahakan semampuku untuk tebus penyesalanku
dan aku memang menyedihkan.

Selasa, 10 Juni 2014

bagian satu

Hey apa kabar mu?,iya kamu  yang masih menjadi topik setiap rangkaian kata dari jemari ku.
Sebuah nama yang terselip dalam doa kala bersujud dihadapan sang pencipta tata surya.
Semoga kamu selalu baik saja dan selalu dalam lindungannya,amin.


Malam ini seperti biasanya,seperti malam-malam sebelumnya. Aku masih terjaga,dan akhirnya aku memikirkanmu.
Kisah kita (dulu) memang tak seindah cerita film yang dipertontonkan dalam televisi,tapi cukup berarti untukku,meski akhirnya berakhir bukan dengan cerita yang indah,karena aku merusaknya.
Berawal dari sebuah nama yang muncul dalam permintaan pertemanan disebuah social media,meski aku tak pernah tahu seperti apa kamu sebenarnya,nama itu begitu saja ku konfirmasi menjadi teman,dan entah apa yang ada dalam benakku kala itu.
Momen itu berlalu seiring waktu berjalan,hingga pada akhirnya,pada ramainya canda tawa disebuah kantin sekolah,sebuah wajah yang sekelebatan tertangkap olehku menjadi orang yang mampu membuatku jatuh,jatuh dalam keindahan dan penyesalan yang mendalam.
Kala itu kamu bukan menyapaku,tapi temanku yang menjadi panitia dalam masa orientasimu disekolahku,kala kamu menjadi seorang siswa baru dan melepas segala pernik puith-biru menjadi putih-abu-abu. sebuah sapaan dari yang merasa junior kepada seniornya.
Dan aku,aku adalah tipikal orang yang dapat begitu saja melupakan sesuatu,mungkin hanya itulah kelebihanku selain tidur. aku memang begitu saja melupakan momen itu,tapi ntah mengapa tidak dengan pandangan mata sayu milikmu.
Waktu berlalu,detik-menit-jam dan hari berganti,terus berjalan tanpa bias dihentikan. Dan entah mengapa,tatapan mata sayu itu sering kutemuai kala aku bersua dengan tuhan dalam rumah-Nya untuk menjalankan kewajibanku sebagai muslim. Disebuah majid sekolah yang menjadi bagian dalam cerita kasih kita disekolah (dulu). Kita sering bertemu tanpa ada percakapan,hanya sesekali teguran yang begitu saja meluncur dari mulutku.
Dan semua berganti kala sebuah pesan singkat yang masuk dalam ponselku dimalam itu,dari sebuah simcard lama yang kupasang lagi,lewat pesan singkat kita,aku dan kamu bertegur sapa dan besua. Dari pesan singkat malam itu aku tahu siapa namamu. Audi nama panggilanmu.
Keesokan harinya aku mulai bertanya siapakah dirimu pada temanku,ada sedikit rasa tak percaya dalam benakku tentang siapa dirimu sebenarnya,karna ini adalah hal yang tak biasa bagiku,dari sebuah jawaban yang kudapat dari seorang teman,aku mulai mengingat sedikit demi sedikit seperti apa dirimu. Dan yang pertama kali muncul dalam otakku adalah seorang gadis bermata sayu,itulah dirirmu.
Sebuah Siang dihari minggu,kuganti nomorku dengan provider yang sama dengan nomormu. Dan percakapan kita terus berlanjut,hingga akhirnya aku tahu bagaimana kamu menilaiku,aku tak bias menyalahkanmu jika memandangku sebagai seorang yang angkuh dan dingin,karna memang begitu sikapku terhadap sesuatu,bukan karna angkuh aku merasa sebagai seniormu. Tapi memang kadang begitu sikapku. Percakapan kita terus berlanjut,bahkan semakin intens. Sebenarnya aku sendiri tak begitu memahami apa yang terjadi dalam diri ini,hanya terus mengikuti kata hati untuk memperhatikanmu. Sebenarnya bukan kamu saja yang merasa aneh kala kita bias terus mengobrol panjang lebar kala kita tak bersama,tak bertatap muka. Tapi semua terasa aneh jika kita dipertemukan dalam sutu momen diman aku bias menatap segala ekspresi diwajahmu,karena yang aku tau mulutku sudah terkunci terlebih dahulu kala kulihat pandangan sayu dimatamu.
Sebenarnya ingin aku menyapamu,berbicara langsung denganmu,tapi yang terjadi hanya aku yang mondar-mandir ke toilet yang ada disamping kelasmu hanya untuk sekedar melihat pandangan sayu itu.

Waktu terus berlalu. Dari komunikasi kita kudapati dirimu yang sedang menunggu. Menunggu seseorang yang sedang memiliki hubungan dengan yang lain. Menanti janji dari yang kamu tunggu untuk bias menjadi nyata,penantian yang kau rasa perih dari nada bicaramu saat bercerita padaku. Dan andaikan kamu tau,inginku merengkuhmu dalam pelukku.